
Semua orang bisa ngomong, tapi nggak semua orang bisa bikin orang lain denger omongannya.
Pernah nggak sih lo lagi di situasi yang bikin lo harus ngomong?
Entah itu di depan kelas, rapat kerja, atau bahkan cuma nongkrong sama temen-temen. Tapi tiba-tiba otak lo nge-blank. Mau ngomong, tapi mulut rasanya kayak ke-lock.
Atau mungkin, lo udah ngomong panjang lebar, tapi orang di depan lo cuma angguk-angguk sambil ngecek HP.
Kalau lo pernah ngalamin salah satu (atau malah dua-duanya), santai aja. Gue juga pernah. Dan lo nggak sendiri.
Faktanya, banyak banget orang yang struggle soal komunikasi.
Hasil survei The People’s Almanac Book of List ke 3000 orang di Amerika, 21% dari mereka lebih takut ngomong di depan umum dibandingkan takut mati. Bayangin aja, lo lebih mending lari dari harimau daripada ngomong di depan kelas. Seaneh itu, tapi begitulah kenyataannya.
Gak cuma sampe situ, ada tantangan lain yang nggak kalah bikin pusing. Lo tahu nggak, rentang perhatian manusia makin pendek?
Podcast American Psychological Association yang judulnya Speaking of Psychology bilang, dulu, sekitar tahun 2004, rata-rata orang bisa fokus sampai dua setengah menit.
Terus, di 2012, udah turun jadi 75 detik. Nah, yang lebih parah lagi, enam tahun belakangan ini cuma sekitar 40 detik aja! Artinya, kalau lo nggak bisa bikin orang tertarik dalam waktu singkat, mereka bakal ngelirik hal lain, kayak HP mereka.
Jadi, lo nggak cuma harus ngatasi rasa takut ngomong, tapi juga belajar gimana bikin orang fokus sama lo.
Sebenernya, apa sih yang bikin komunikasi jadi hal yang menakutkan?
Kenapa Banyak Orang Takut Berkomunikasi?

Sebagian besar jawabannya ada di dua hal: kurang interaksi dan overthinking.
Pernah nggak lo ngerasa canggung waktu ngobrol sama orang baru? Itu tanda kalau skill komunikasi lo udah tumpul gara-gara jarang dipake.
Misalnya, lo udah lama kerja dari rumah, jarang ngobrol sama rekan kerja. Pas akhirnya ketemu mereka di kantor, lo bingung mau ngomong apa. Lama-lama, ngobrol jadi sesuatu yang awkward karena lo nggak terbiasa.
Di sisi lain, overthinking juga sering jadi biang kerok. Lo terlalu sibuk mikirin skenario negatif kayak:
"Kalau gue ngomong salah, gimana ya reaksi mereka?"
Atau:
"Gue bakal kelihatan bodoh nggak ya?"
Padahal, orang lain juga sibuk mikirin dirinya sendiri. Gue pernah banget kayak gini. Lagi presentasi di depan kelas, terus kebayang kalau semua orang bakal ketawa pas gue salah ngomong.
Kenyataannya, pas gue ngomong salah, nggak ada yang peduli. Mereka cuma mikir, "Kapan presentasi ini kelar?"
Makanya, lo nggak perlu terus-terusan takut. Kalau lo udah tahu apa penyebabnya, tinggal cari cara buat ngatasin. Yuk, kita bahas gimana caranya biar lo nggak cuma pede ngomong, tapi juga bikin orang beneran dengerin.
Mengatasi Hambatan Komunikasi

Lo pernah merasa kalau komunikasi itu berat karena lo nggak punya “alat” yang cukup buat bikin obrolan lo mengalir? Tenang, ini masalah yang bisa diatasi. Kita bakal bahas gimana caranya, biar hambatan komunikasi nggak lagi jadi penghalang buat lo.
Salah satu hambatan terbesar adalah kurangnya latihan. Kalau lo jarang ngobrol sama orang, skill komunikasi lo pasti nggak akan berkembang.
Ini mirip banget kayak olahraga. Kalau lo udah lama nggak main basket terus tiba-tiba disuruh tanding, ya jangan kaget kalau hasilnya zonk.
Sama halnya dengan komunikasi, kalau lo cuma ngobrol di circle kecil dan jarang interaksi di luar itu, ngobrol sama orang baru pasti bakal terasa awkward.
Solusinya? Mulai dari hal kecil. Lo nggak perlu langsung diskusi serius. Cukup coba small talk.
Misalnya, tanya barista di kafe soal menu favorit mereka, ngobrol santai sama tetangga soal tanaman, atau ucapin terima kasih sambil senyum ke driver ojek online. Hal-hal kecil ini ibarat pemanasan buat obrolan yang lebih besar.
Kalau hambatan lo lebih ke arah overthinking, artinya lo harus mulai ngatur pikiran negatif lo. Overthinking itu capek banget, bikin lo kehabisan energi sebelum sempat ngomong.
Lo sibuk mikirin, “Kalau gue salah ngomong, gimana?” atau “Kalau mereka nge-judge gue, gimana?” Padahal, faktanya, orang lain juga sibuk mikirin diri mereka sendiri.
Solusi buat ini? Coba mindfulness. Fokus ke momen yang ada di depan mata, bukan ketakutan yang bahkan belum tentu kejadian.
Daripada mikir, “Gue bakal salah ngomong,” coba fokus ke hal kayak, “Apa yang lagi dia ceritain sekarang?” Ketika lo hadir sepenuhnya di momen itu, percakapan akan terasa lebih mengalir.
Yang penting, jangan langsung berharap hasil instan. Mulailah dari interaksi kecil di kehidupan sehari-hari.
Kalau lo masih sering overthinking, coba atur napas dalam-dalam sebelum mulai ngobrol. Teknik sederhana ini bisa bikin lo lebih tenang dan fokus ke percakapan.
Setelah lo bisa atasi hambatan komunikasi ini, langkah selanjutnya adalah bikin pesan lo lebih impactful.
Di bagian berikutnya, kita bakal bahas tiga elemen penting yang bikin komunikasi lo nggak cuma efektif, tapi juga bikin orang merasa terhubung sama lo. Ready? Let’s dive in!
Rahasia Komunikasi yang Efektif

Komunikasi itu bukan cuma soal ngomong.
Lebih dari itu, komunikasi adalah gimana caranya lo bikin orang di depan lo ngerasa terhubung sama apa yang lo sampaikan.
Kalau lo cuma ngomong asal tanpa peduli apakah audiens lo merasa engaged atau nggak, ya jangan heran kalau pesan lo cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan.
Nah, ada tiga elemen kunci yang bikin komunikasi lo nggak cuma didengerin, tapi juga diresapi dan diinget: emosional, nonverbal, dan asertif.
Kalau lo bisa nguasain tiga elemen ini, percakapan lo bakal terasa lebih hidup, dan audiens lo bakal merasa “klik” sama apa yang lo bilang. Yuk, kita bedah satu-satu!
1. Komunikasi Emosional

Lo tau nggak, kalau lo mau orang lain peduli sama apa yang lo bilang, lo harus peduli duluan sama topiknya?
Komunikasi emosional itu soal gimana lo nunjukin antusiasme atau passion tentang apa yang lo omongin. Orang bakal nangkep energi lo kalau lo semangat, mereka ikut semangat. Tapi kalau lo datar atau setengah hati, jangan harap mereka bakal tertarik.
Misalnya, lo suka banget sama musik. Jangan cuma bilang, “Gue suka musik.” Itu terlalu generik dan nggak personal. Ceritain sesuatu yang lebih hidup, kayak:
"Gue inget banget waktu pertama kali denger lagu ini, gue lagi ngelewatin masa susah. Musik bener-bener bikin gue bangkit lagi.”
Cerita kayak gini bikin orang nggak cuma denger, tapi juga ngerasa relate.
Tips sederhana dari gue, coba pake intonasi suara yang variatif.
Kalau lo ngomongin hal yang bikin lo senang, tambahin nada suara ceria dan senyum. Kalau hal yang serius, pelanin nada suara lo dan tambahin jeda buat bikin audiens lebih fokus.
2. Komunikasi Nonverbal
Dalam komunikasi tatap muka, kata-kata cuma nyumbang 7% dari pesan yang diterima.
Sisanya, 55% lewat bahasa tubuh dan 38% lewat intonasi suara. Jadi, kalau lo ngomong tapi bahasa tubuh dan ekspresi lo nggak sinkron, audiens bakal ngerasa ada yang janggal.
Contohnya, lo lagi cerita soal pengalaman yang bikin lo sedih, tapi muka lo datar kayak lagi baca skrip berita. Atau lo lagi bahas hal yang bikin lo excited, tapi nada suara lo monoton.
Ekspresikan sesuai mood cerita lo. Kalau lo cerita tentang sesuatu yang serius, tunjukkan lewat nada suara dan postur lo yang lebih tenang. Kalau lo lagi cerita santai, pastikan bahasa tubuh lo juga nggak terlalu kaku.
Sekarang, gue punya tantangan buat lo. Di obrolan berikutnya, coba jaga kontak mata selama 5 detik pertama.
Kontak mata yang solid nggak cuma bikin lawan bicara lo merasa lo benar-benar fokus, tapi juga bikin komunikasi lo terasa lebih personal. Ini cara kecil yang punya dampak besar buat ngebangun kepercayaan. Berani coba?
3. Komunikasi Asertif

Pernah nggak lo pengen bilang “enggak,” tapi malah ujung-ujungnya bilang “iya” karena takut bikin orang lain tersinggung?
Di sinilah pentingnya komunikasi asertif. Komunikasi asertif itu seni buat ngomong dengan tegas, tapi tetap sopan. Lo bisa nyampein apa yang lo mau tanpa bikin orang lain ngerasa diserang.
Misalnya, kalau temen lo minta bantuan buat pindahan, tapi lo lagi sibuk banget, lo bisa bilang:
“Maaf banget, gue nggak bisa bantu kali ini. Ada kerjaan yang harus gue selesain dulu. Tapi kalau lo butuh bantuan lain minggu depan, gue siap.”
Dengan cara ini, lo tetap bisa nolak, tapi temen lo bakal ngerti karena lo nyampeinnya dengan respect.
Atau bayangin lo lagi diskusi kelompok, tapi lo ragu buat nyampein ide lo karena takut nggak diterima. Dengan komunikasi asertif, lo bisa bilang:
“Gue punya ide yang mungkin bisa kita coba. Menurut gue, ini bisa bantu kita selesaiin tugas lebih cepat.”
Hasilnya? Ide lo lebih mungkin buat didengar, dan lo kelihatan lebih percaya diri tanpa harus terlihat mendominasi.
Supaya makin maksimal, coba teknik paraphrase.
Misalnya, kalau temen lo cerita: “Gue lagi stress banget sama kerjaan.” Lo bisa respon,
“Oh, lo lagi banyak banget kerjaan ya, sampe bikin capek?”
Ini bikin mereka ngerasa didengerin dan dihargai, yang juga bagian penting dari komunikasi asertif.
Komunikasi itu bukan cuma soal ngomong aja.
Ini soal gimana lo bisa bikin orang lain merasa terhubung sama lo lewat cara yang respect dan jelas. Dengan tiga elemen ini, lo udah punya fondasi kuat buat komunikasi yang efektif.
Tapi, gimana caranya biar pesan lo nggak cuma didengerin, tapi juga terus diinget orang? Di sini, rahasianya.
Jadi, mulai sekarang, anggap setiap interaksi sebagai latihan kecil.
Setiap obrolan, setiap presentasi, itu langkah maju buat lo jadi komunikator yang lebih jago. Dan percaya deh, lo bakal kaget sendiri dengan hasilnya.
Rahasia Bikin Komunikasi Lo Melekat di Kepala Orang

Pernah nggak lo dengerin seseorang ngomong, entah itu di kelas, meeting, atau bahkan ngobrol santai, dan apa yang mereka bilang tiba-tiba “klik” di kepala lo?
Lo inget apa yang mereka sampaikan bahkan berhari-hari setelah itu. Nah, komunikasi kayak gitu nggak terjadi secara kebetulan.
Ada teknik-teknik tertentu yang bikin obrolan atau presentasi lo nggak cuma didengerin, tapi juga diinget.
Di bagian ini, kita bakal bahas rahasia dari TED Talks—standar komunikasi paling efektif di dunia. Teknik-teknik ini terinspirasi dari buku Talk Like TED: The 9 Public-Speaking Secrets of the World's Top Minds karya Carmine Gallo.
Buku ini mengupas apa yang membuat pembicara TED Talks begitu powerful dan memorable.
Gimana caranya lo bisa bikin komunikasi yang emosional, bikin WOW, dan memorable? Let’s dive in!
EMOSIONAL
Kalau lo mau orang lain peduli sama apa yang lo bilang, lo harus peduli duluan.
Di TED Talks, emosi itu elemen kunci buat bikin audiens merasa terhubung.
Unleash the Master Within
Steve Jobs nggak cuma ngomongin produk Apple. Dia selalu fokus ke gimana produknya bisa “mengubah hidup lo.”
Antusiasmenya bikin audiens ikut ngerasain energi yang sama.
Jadi, sebelum ngomong, tanya diri lo: “Apa yang bikin gue rela begadang cuma buat ngomongin ini?” Jawaban lo adalah topik yang bakal bikin audiens ikut peduli.
Master the Art of Storytelling
Cerita itu senjata. Orang nggak suka data yang kering, mereka suka cerita yang relatable.
Brené Brown, misalnya, bikin TED Talk-nya jadi salah satu yang paling banyak ditonton karena dia cerita soal kerentanannya sebagai manusia.
Cerita itu bikin audiens ngerasa, “Gue juga pernah ngalamin hal yang sama.”
Kalau mau jago bercerita, bisa mulai dari ngebiasain storytelling kecil-kecilan.
Latihan dari cerita personal lo, misalnya pengalaman lucu, sedih, atau inspiratif ke temen terdekat. Nggak cuma bikin orang relate, storytelling juga bikin lo terlihat lebih manusiawi.
Have a Conversation
Orang suka pembicara yang santai. Jangan baca teks kayak robot.
Bayangin aja lo lagi ngobrol biasa, tapi versi terstruktur. Latihan depan kaca, perbaiki nada suara, dan buat vibe lo lebih natural.
NOVEL
Orang suka sesuatu yang baru, sesuatu yang bikin mereka mikir, “Oh, gue baru tau!”
Teach Something New
Kasih fakta atau insight yang bikin audiens penasaran.
Misalnya: “Tau nggak, kalau komunikasi tatap muka itu cuma 7% lewat kata kata, sisanya 93% dari bahasa tubuh dan intonasi suara?”
Fakta kayak gini bikin mereka mikir, “Hah, serius?”
Deliver Jaw-Dropping Moments

Orang nggak bakal lupa sesuatu yang bikin mereka bilang, “WOW!”
Contohnya, Bill Gates bawa toples nyamuk buat ngejelasin bahaya malaria.
Elemen kejutan kayak cerita nggak terduga atau visual unik bisa jadi momen “wow” yang bikin audiens inget pesan lo.
Lighten Up
Humor bikin suasana santai. Kalau lo nggak pede nge-joke, ceritain hal ringan yang bikin orang senyum, atau lontarkan pertanyaan lucu kayak, “Menurut lo, apa hal paling absurd yang pernah lo lakukan waktu kecil?”
Sesuaikan dengan gaya lo sendiri.
MEMORABLE

Kalau lo udah bikin audiens terhubung dan terkesan, sekarang saatnya bikin mereka inget pesan lo.
Stick to the 18-Minute Rule
Latih diri lo buat ngomong efisien. Gunakan timer dan potong bagian yang nggak penting. Pesan singkat lebih gampang diingat.
Paint a Mental Picture
Visualisasi bikin pesan lo lebih nyata.
Misalnya, Jamie Oliver bawa gerobak gula buat ngegambarin konsumsi gula berlebihan.
Lo bisa pake gambar, video, atau benda sederhana buat memperkuat cerita lo.
Stay Authentic
Jadi diri lo sendiri. Jangan maksa jadi orang lain.
Audiens bakal respect kalau lo genuine. Kalau gaya lo santai, ya santai aja. Kalau lo lebih serius, nggak masalah.
Pada intinya, komunikasi itu bukan soal bakat bawaan—ini adalah skill yang bisa lo pelajari dan asah.
Mulai dari ngatasi hambatan kayak kurang interaksi atau overthinking, sampai nguasain elemen penting komunikasi seperti emosional, nonverbal, dan asertif.
Bahkan, dengan belajar dari rahasia TED Talks, lo bisa bikin pesan yang nggak cuma didengerin, tapi juga terus diinget orang.
Yang penting, komunikasi itu proses.
Setiap interaksi kecil adalah langkah maju buat bikin lo jadi komunikator yang lebih jago. Lo nggak perlu langsung sempurna, cukup mulai dari langkah kecil dan terus latihan.
Lo bakal lihat sendiri gimana perubahan kecil ini bisa bikin dampak besar.
Jadi, sekarang giliran lo. Apa langkah kecil yang mau lo ambil hari ini?
Mau nyoba ngobrol sama orang baru? Latihan storytelling? Atau sekadar ngejelasin ide lo di grup kerja?
Mulai aja, karena langkah kecil lo hari ini bisa jadi perubahan besar di masa depan.
Referensi:
Gallo, Carmine. Talk Like TED: The 9 Public-Speaking Secrets of the World's Top Minds. St. Martin's Press, 2014.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jud/article/download/36190/18706?utm_source
https://www.secondnature.com.au/blog/importance-of-communication-in-business/?utm_source